Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2023

Flashdisk yang Lari Entah ke Mana

 Sepulang kuliah dia mengangkati pakaian yang masih ia tinggal di atas tali jemuran pada saat berangkat kuliah tadi. Ia mengangkat dan meraba-rabanya dan mendapati pakaiannya masih belum kering. "Bangsat," pikirnya, sudah seharian tapi belum kering juga. Ia mulai ingat bahwa seharian tadi awan begitu mendung dan sinar matahari tak bisa menembusnya. Tapi kelas tak terasa sumuk karena terdapat AC. Dengan AC itu ia justru kedinginan seperti saat berkencan dengan Rani di bioskop beberapa waktu lalu. Menonton film perang dan duduk di deretan kursi paling belakang. Sambil berharap mendapat genggaman tangan Rani yang sudah lama ia imajinasikan. Tetapi hari itu ia kurang beruntung karena tak mendapatkannya. Rani terlalu serius menonton film sedangkan ia justru sibuk berharap-harap cemas. Sepulang dari bioskop hari itu, ia menemui teman lamanya yang berjualan dimsum di seberang gedung bioskop. Mereka makan di sana, di pinggir jalan sambil memandangi kendaraan yang lalu lalang. Selesai

Sepasang Sepatu

Ia masih mencari pensil yang tak sengaja ia tinggalkan di atas meja kerjanya. Ia meninggalkan pensil itu ketika beranjak keluar untuk makan siang dan masih terus kepikiran ketika sudah duduk di meja makan dan ia tak mendapati pensil itu ada di tempat seharusnya saat merogoh saku kiri bajunya. Meja kerjanya cukup memakan waktu dari restoran tempatnya makan, dan ia tidak mungkin tiba-tiba pergi mencari pensil sedangkan di hadapannya masih ada seorang klien yang sudah membuat janji dengannya sejak sebulan lalu. Tetapi sepanjang pembicaraan siang itu ia masih meresahkan pensilnya.  Dahulu ia mendapatkan pensil itu ketika masih berseragam himpunan. Ketika bertemu seorang gadis Belgia. Mereka begitu akrab hanya dalam waktu yang singkat. Dan saat kepulangan gadis itu ke Belgia, gadis itu menitipkan padanya sebatang pensil untuk dibawanya lagi ketika kelak ia melakukan kunjungan balasan ke Belgia, untuk menjemput cita-cita dan bakal kekasihnya. Sejak itu si pensil terus dibawanya ke mana saja